Stop Fokus “Improving Yourself”

 

Stop Fokus “Improving Yourself”

Penulis: Rania Hendradwiputri, S.Psi


Sudah sering sekali kita mendengar gaungan-gaungan di media sosial terkait “self-improvement”, terkait “menjadi versi terbaik diri sendiri” dan tentu itu adalah hal yang baik. Self-improvement adalah proses seumur hidup. Kita akan selalu “tumbuh dan berkembang”, karena kita akan selalu “berubah” setiap saat. Kita lima menit lalu tidak sama dengan kita sekarang, sesederhana itu. Self-improvement juga memiliki dampak positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan mental kita, sebagaimana itu dapat membuat kita lebih produktif, lebih mudah bersosialisasi, lebih mudah bounce back ketika dalam posisi sulit, tergantung kita self-improvement di aspek apa terlebih dahulu. Tetapi, pernah nggak, sih, terpikirkan “duh, aku capek self-improvement terus”, “sampai batas mana, sih, mesti self-improvement terus?”, “apa self-improvement itu berarti kita tidak boleh diam?”. Nah ..., inilah yang akan kita bahas dalam artikel kali ini: stop terlalu fokus dalam self-improvement. Terus-menerus fokus “apa lagi sisi dalam diriku yang perlu ditingkatkan?”, “apa lagi sisi dalam diriku yang perlu diminimalisasi?”, “apa lagi sisi dalam diriku yang perlu dihilangkan? Yang perlu diatasi? Yang perlu diolah dengan lebih baik?” ini juga tidak terlalu baik, kita perlu belajar untuk “diam sejenak” dan fokus pada saat ini dan sekarang. Kita juga perlu belajar untuk menikmati hidup kita sebagaimana hidup kita sedang berlangsung, “as it is”.


Terus-menerus fokus pada self-improvement dapat memicu tendensi perfeksionisme dan tidak puas pada diri sendiri. Kita akan sulit puas pada diri sendiri, sulit merasa bangga pada diri sendiri, sulit merasa cukup dengan diri sendiri, dan selalu merasa “kurang” dan “salah”. Oleh karena itu, self-improvement tidak boleh terus-menerus berada dalam pikiran kita, berada dalam agenda kita setiap saat. Karena kita bukan robot. Kita tidak bisa terus-menerus “berjalan”. Ada saat ketika kita sebaiknya “diam sejenak” dan menikmati hidup dengan santai.


Caranya bagaimana? Caranya adalah belajar untuk mensyukuri apa yang sudah ada. Caranya adalah belajar untuk menerima dan bangga atas apa yang sudah ada. Kita berhak untuk “diam sejenak” sebagai self-reward dan self-care atas self-improvement kita. Sesederhana kita bersyukur kita masih bisa bangun pada hari ini, masih bisa hidup pada hari ini, masih bisa menggunakan internet, masih bisa bersosialisasi, itu sudah cukup sebagai “diam sejenak”. Fokus pada sekarang dan saat ini. Saat ini kita ingin apa? Ingin membeli makanan enak? Silakan saja. Saat ini kita ingin apa? Membaca buku? Mendengarkan musik? Sosialisasi dengan teman dengan keluarga? Silakan saja. Jalani hidup dengan enjoy, sebagaimana semestinya hari itu berlangsung. Jangan sampai pikiran “sampai kapan kita mesti self-improvement?”, “apa aku belum cukup?”, “apa aku masih harus melangkah lagi ke depan?” ini “menutupi” kebahagiaan dan kesejahteraan sederhana yang dapat kita peroleh hanya dengan cara menjalani dan menghayati hidup kita.


Lakukanlah hobimu. Jangan lupa untuk memberikan hadiah pada diri sendiri. Jangan lupa, banyak orang di sekitarmu dan kamu butuh untuk sosialisasi. Penuhi dirimu dengan emosi positif, kamu sudah terlalu lama “worked up”. Kamu sudah terlalu lama “menggebu-gebu” ingin self-improvement, self-improvement, self-improvement. Padahal tidak harus selalu begitu. Jangan sampai keinginan untuk menjadi lebih baik mengganggu kita dalam menghayati hidup sebagaimana semestinya. Jangan sampai keinginan untuk menjadi lebih baik malah merenggut kebahagiaan dan kesejahteraan yang sederhana dalam hidup kita.


Sebuah catatan untuk kita semua, self-improvement tidak berarti “mengejar kesempurnaan”. Self-improvement adalah self-acceptance. Self-improvement adalah evaluasi dan refleksi diri. Tetapi bukan artinya kita tidak menerima kekurangan diri dan menghakimi hal-hal yang menurut kita tidak baik dalam diri kita. Hadapilah semua dengan penuh cinta kasih, dan jangan lupa untuk istirahat. Istirahat inilah, “diam sejenak”, sambil meneguk secangkir teh hangat, dan menikmati hidup.


SUMBER REFERENSI

Betancourt, Alejandro. (2022, November 18). Stop Focusing on Improving Yourself and Start Enjoying Your Life. Medium. Retrieved from https://medium.com/bottomline-conversations/stop-focusing-on-improving-yourself-and-start-enjoying-your-life-64a7a793281c

Headspace. (n. d.). Don’t get caught in the self-improvement trap. Retrieved from https://www.headspace.com/mindfulness/self-improvement-trap

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?