Apa Itu Conformity?

Apa Itu Conformity?

Penulis: Rania Hendradwiputri, S.Psi


“Hmmm …, memang, sih, buku A tidak bagus!” Padahal kamu berpikir bahwa buku A bagus, tetapi gara-gara teman-temanmu berpikir buku A tidak bagus, kamu merasa kamu perlu untuk mengikuti pendapat mereka.

“Hmmm …, kalian benar juga, sih, B tidak cocok untuk diajak berteman!” Padahal kamu berpikir bahwa B pantas untuk diajak berteman, tetapi kamu memilih untuk bilang seperti itu karena teman-temanmu tidak menyukai B.


Pernahkah kalian mengalami hal-hal di atas, Soulmate LYS? Nah, itulah yang dinamakan dalam dunia psikologi sebagai conformity, atau dalam bahasa Indonesia konformitas, yaitu tendensi manusia untuk mengikuti tindakan, tingkah laku, pemilihan sikap, opini, pikiran, dan perasaan orang lain di sekitar mereka. 🙂 Konformitas biasa disebabkan oleh social pressure, seperti takut akan dihakimi oleh orang lain apabila kita memiliki opini atau sudut pandang yang berbeda dengan orang lain. Walhasil, kita memutuskan untuk iya-iya saja dan menyembunyikan opini kita.


Mengapa konformitas bisa terjadi? Ini tidak lewat dari kita manusia adalah makhluk sosial. Kita memiliki rasa ingin menyatu, ingin “belong”, ingin menjadi bagian dari suatu lingkaran sosial tertentu, sekalipun kadang-kadang mungkin kita perlu untuk mengorbankan nilai, opini, dan sudut pandang yang kita anut, dalam rangka tetap dipersepsikan sebagai “normal” oleh lingkungan sosial kita. Kita takut dianggap “berbeda”. Kita takut dihakimi, dijauhi, sendirian, dan kesepian. Maka dari itu, terjadilah konformitas.


Tetapi, konformitas yang terjadi terus-menerus, manalagi yang sampai mengorbankan nilai, opini, dan sudut pandang kita, dapat berakibat tidak baik untuk kesehatan mental kita. Kita jadi sulit untuk mengekspresikan diri kita sendiri secara utuh, menjadi people pleaser, mengalami penurunan kepercayaan diri, mengalami limitasi dan tidak terbuka pada hal-hal baru, bahkan contoh konformitas yang paling tidak baik adalah bystander effect.


“Ah …, tampaknya orang-orang tidak peduli pada C. Aku juga tidak peduli, deh.” Padahal C tampak sedang sangat kesulitan dan butuh bantuan. Ini adalah contoh dari bystander effect.


Memahami konformitas dan pengaruhnya pada diri Soulmate LYS dapat membantu Soulmate LYS lebih memperhatikan diri Soulmate LYS sendiri apakah sering melakukan konformitas atau tidak. Tidak apa-apa, kok, sesekali “iya-iya saja”, apalagi jika memang kamu tidak tahu harus mengatakan apa. Tetapi kalau konformitas ini sudah sampai membuatmu sulit menyuarakan apa yang sebetulnya ada di dalam pikiranmu, maka itu perlu dibenahi lagi lebih lanjut. Jangan sampai ketakutanmu untuk menjadi “berbeda” membuatmu kehilangan diri sendiri. Semua orang berbeda-beda dan tidak ada yang sama, kok. 🙂


SUMBER REFERENSI

Cherry, K. (2022, November 14). What Is Conformity? verywellmind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/what-is-conformity-2795889

Psychology Today. (n. d.). Conformity. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/basics/conformity

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?