Fenomena “Gitu Aja Baper” dan Hubungannya dengan Empati
Oleh : Gita Rianti D Pratiwi, S.Psi
Haloo Soulmate LYS, gimana kabarnya? Semoga sehat dan baik selalu ya, dimanapun berada. Nah, kali ini kita akan membahas mengenai fenomena baper atau bawa perasaan. Saat ini, kata-kata baper, bukan lagi hal yang terdengar asing apalagi di kalangan remaja masa kini. Soulmate LYS sendiri, pernah ga ada diposisi sebagai orang yang dijadikan objek perkataan “ gitu aja baper?” atau sebaliknya, pernah mengatakan hal demikian kepada orang lain?
Baper (bawa perasaan) adalah istilah yang diciptakan oleh generasi milenial pada tahun 2014 yang populer hingga saat ini. Baper merupakan gabungan dari dua kata, yaitu ba yang berarti bawa dan per yang artinya perasaan, dan bila digabung menjadi “baper”. Istilah baper sendiri sering digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian yang membuat perasaan terbawa.
Tidak jarang juga, istilah baper sering dikaitkan dengan konteks menyinggung perasaan. Misalnya, saat membicarakan sesuatu hal yang menyinggung namun dibalut dalam konteks bercanda. Sehingga, seringkali orang yang menjadi subjek pembicara seringkali menganggap bahwa lawan bicaranya tersebut terlalu “baper” dalam menanggapi obrolan tersebut.
Baper atau bawa perasaan juga seringkali dilabel sebagai orang yang mudah tersinggung, sensitive atau sejenisnya. Padahal, cara setiap orang dalam menanggapi situasi tentu berbeda-beda bukan? Bisa jadi pada saat situasi tersebut, ada yang sedang mengalami permasalahan atau ada suatu hal yang memang membuatnya merasa bahwa hal tersebut tidak pantas untuk dijadikan bahan lelucon.
Sebagai makhluk sosial yang sejatinya saling membutuhkan, maka alangkah baiknya jika dalam berinteraksi dapat saling menjaga perasaan satu sama lain. Fenomena baper atau bawa perasaan seringkali menjadi alasan bagi seseorang untuk enggan meminta maaf atau mengakui kesalahan karena merasa bahwa apa yang dilakukan hanyalah sebatas lelucon atau bahan bercanda. Inilah contoh dari kurangnya empati. Apa itu empati?
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpati serta mencoba untuk menyelesaikan masalah serta mengambil perspektik dari orang lain. Smith (2006) menyatakan bahwa empati berperan utama dalam pembentukan perilaku manusia. Empati pada umumnya diartikan sebagai proses respon emosional seseorang terhadap pengalamannya serta proses mengerti dan memahami dari perspektif orang lain mengenai emosi yang terjadi dan yang sedang dirasakan (Sagkal, 2012)
Nah, seseorang yang memiliki rasa empati dalam dirinya cenderung akan memahami dan mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta mampu membayangkan diri sendiri jika berada di posisi orang lain tersebut. Seseorang yang memiliki rasa empati juga mampu menempatkan diri sendiri dalam keadaan psikologis orang lain dan dapat melihat suatu situasi dari sudut pandang orang lain.
Jadi, jika seseorang yang dengan mudahnya mengatakan pada orang lain “gitu aja baper” , maka secara tidak langsung orang tersebut kurang memiliki rasa empati dalam dirinya. Bagaimana tidak? Jika seseorang memiliki perasaan empati yang baik, maka orang tersebut akan berusaha untuk selalu menjaga perasaan orang lain. Tidak hanya itu, jika ada suatu hal yang membuat orang lain tersakiti atau tersinggung, maka orang yang memiliki empati cenderung akan mengakui kesalahan dan bersedia untuk meminta maaf karena pada dasarnya orang tersebut memahami “bagaimana jika aku berada di posisi orang tersebut”. Itulah empati.
Nah, buat soulmate LYS, yuk jadikan empati sebagai fondasi dalam menjalin hubungan sosial yang baik dengan sesama manusia, sehingga ga ada alasan buat kita mengatakan “gitu aja baper” kepada orang yang merasa tersakiti dengan sikap atau perilaku kita, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semoga bermanfaat 😊
Referensi :
Smith, A. Cognitive Empathy and Emotional Empathy In Human Behavior And Evolution. The Psychological Recors, 2006
Sagkal, A.S, Abbas T, & Tarik T. Empathy For Inerpersonal Peace : Effects Of Peace Education On Empathy Skills. Educational Sciences : Theory & Practice – 12(2) Supplementary Special Issue, 2012.
Rosita, Sinta., & Wulandari, Badriyah. (2022). “Kajian Semantik Kognitif Terhadap Istilah Baper “Bawa Perasaan”. Jakarta: Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra dan Seni, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.
Comments
Post a Comment