Attachment Styles

Attachment Styles

Penulis: Rania Hendradwiputri, S.Psi


Attachment styles adalah cara kita memahami dan merespons hubungan yang terbentuk sejak kecil hingga dewasa. Attachment styles biasanya terbentuk dari pola asuh yang didapatkan seseorang pada masa kanak-kanak. Saat masih anak-anak, attachment styles timbul antara hubungan anak dengan orang tua. Saat dewasa, attachment styles akan muncul biasanya pada kekasih atau pasangan, walaupun bisa juga dalam konteks pertemanan, atau bahkan pekerjaan. Dalam kehidupan sehari-hari, attachment styles dapat membantu kita dalam menjalin hubungan sosialisasi dengan orang-orang di sekitar kita. Dengan lebih mendalami tentang attachment styles apa yang tengah kita terapkan, kita dapat mengenali bagaimana cara kita memandang dunia sosial, sehingga kita dapat mengevaluasi sudut pandang kita terhadap sosialisasi, meningkatkan kemampuan bersosialisasi kita supaya jauh lebih baik, dan memperbaiki hal-hal dalam diri kita yang masih dapat dibenahi lagi lebih lanjut agar interaksi kita dengan orang lain menjadi jauh lebih baik.

Ada empat macam jenis attachment styles, yaitu:

1. Secure attachment style mengacu pada kapabilitas seseorang untuk membentuk hubungan yang aman dan penuh kasih sayang bersama orang lain. Dapat terbentuk bilamana pada masa anak-anak, kita mendapatkan pola pengasuhan yang aman dan menyenangkan, sehingga saat dewasa ia dapat menerapkan pola yang sama dalam interaksi dengan orang lain di sekitarnya. Ia mampu mempercayai orang lain dan dipercaya, mencintai dan menerima cinta, mudah dekat dengan orang lain, cenderung mandiri dan tidak bergantung pada pasangan.

2. Anxious attachment style adalah attachment style di mana seseorang akan cenderung khawatir saat ia tidak mendapatkan perhatian. Pola pengasuhan yang menimbulkan tekanan yang sangat tinggi pada saat pengasuh terdekat mereka pergi dapat meningkatkan rasa khawatir, ketidaktenangan, dan haus akan validasi dari orang sekitar pada saat dewasa. Mereka sulit menjalin hubungan dengan orang lain dikarenakan kekhawatiran orang-orang tidak menyukainya, dan akan sangat terpukul dan putus asa saat hubungan sosialisasi mereka selesai. Mereka juga memiliki kecenderungan “needy” dan “clingy”, selalu ingin ditemani hingga dalam taraf akan merasa sedih jika ia tidak menerima balasan.

3. Avoidant attachment style adalah attachment style yang memiliki karakteristik cenderung menolak atau menghindari suatu ikatan hubungan yang intim. Orang-orang yang memiliki avoidant attachment style cenderung memiliki kesulitan yang signifikan untuk membangun hubungan yang dekat dan menaruh kepercayaan pada orang lain. Mereka juga “emotionally unavailable”, sulit menunjukkan emosinya yang sesungguhnya atau bahkan cenderung menolak eksistensi emosi tersebut. Mereka menganggap hubungan interpersonal adalah hubungan yang tidak berguna dan demikian menekan mereka. Mereka jauh lebih memilih untuk mengurus segala macam hal sendirian.

4. Disorganized attachment style adalah kombinasi antara anxious dan avoidant attachment style. Orang-orang dengan attachment style ini mengharapkan kasih sayang dari orang lain, tetapi enggan menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain. Pola pengasuhan yang tidak konsisten, adanya trauma psikologis, tidak memperoleh perhatian dari orang sekitar, hingga mengalami kekerasan dapat membentuk attachment style ini. Disorganized attachment style tampak sangat inkonsisten dan terus terombang-ambing antara menghindar dan mencari validasi secara berulang-ulang.

Attachment styles dapat berdampak pada cara seseorang memandang diri mereka sendiri dan orang lain, serta cara mereka berinteraksi dengan pasangan atau orang lain di sekitarnya. Secure attachment style biasanya dikaitkan dengan kesehatan mental yang lebih baik dan kemampuan untuk membangun hubungan yang intim dan sehat. Sementara itu, jenis attachment styles yang tidak aman seperti anxious, avoidant, dan disorganized, dapat menyebabkan masalah dalam hubungan dan kesulitan untuk mengatasi stres. Misalnya, mereka yang memiliki attachment style insecure seringkali cenderung mengalami kecemasan, depresi, rendah diri, dan kesulitan mempercayai orang lain.

Jika kita memiliki insecure attachment styles, kita dapat memulai untuk menanggulanginya dengan cara mengenali attachment styles dan pola asuh yang diberikan oleh orang tua serta lingkungan sekitar saat kecil, membangun kepercayaan diri bahwa kita pantas dicintai, bahwa kita jugalah manusia biasa yang memiliki hak untuk dicintai oleh manusia lain, menumbuhkan cinta dan welas asih pada diri sendiri dengan cara secara rutin memuji diri sendiri, melakukan gratitude journaling, mengurangi penghakiman dan penilaian terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar, belajar mengenali diri sendiri mulai dari mengenal kapasitas diri, batasan diri, dan melatih komunikasi asertif. Dan, jika sulit untuk dilakukan, dianjurkan untuk melakukan diskusi dengan orang-orang yang dipercaya atau melakukan konsultasi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, dan peer counselor. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua, Soulmate LYS. Take care of yourself and be well always.


REFERENSI

https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/tipe-attachment-style

https://www.mindbodygreen.com/articles/attachment-theory-and-the-4-attachment-styles#:~:text=The%20four%20attachment%20styles%20are,(also%20known%20as%20disorganized) 

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?