“Kenapa ada orang yang pura-pura baik-baik saja padahal tidak?”: Reaksi Formasi
Penulis: Rania Hendradwiputri, S.Psi
Halo Soulmate LYS, para pembaca artikel Love Yourself Indonesia, semoga kalian semua tetap sehat fisik dan mental ya. Apakah kalian pernah menemukan sosok seseorang yang tampaknya bahagia-bahagia saja, selalu tampil ceria di hadapan orang lain dan sekitar, namun di luar dugaan semua orang, sesungguhnya situasi mentalnya sangatlah terpuruk dan membutuhkan pertolongan? Atau, pernah tidak Soulmate LYS bertemu seseorang yang cuek, dingin, atau bahkan kasar ke seseorang, padahal sebetulnya dia menyukai orang yang diperlakukan secara tidak baik tersebut? Nah, kira-kira mengapa ini bisa terjadi ya, Soulmate LYS? Padahal sebetulnya merasakan suatu emosi tertentu, tetapi yang tampak di hadapan kita malah sebaliknya.
Nah, Soulmate LYS. Inilah yang dinamakan reaksi formasi. Reaksi formasi adalah suatu mekanisme perlindungan dalam psikologis manusia ketika merasakan suatu emosi yang tidak membuatnya nyaman, tindakan yang dilakukannya justru malah sebaliknya dan intensitasnya biasanya ekstrem. Sebagai contoh, A menyukai B. Emosi cinta yang dirasakan oleh A sangatlah intens dan A tidak nyaman merasakannya sebab mengganggu aktivitas sehari-hari dan pikirannya. Akibatnya, A malah memunculkan sikap apatis dan ketus di depan B. Contoh lainnya adalah, J adalah orang yang sangat ceria dan senang membantu orang lain di sekitarnya. Akan tetapi, sesungguhnya dia melakukan hal tersebut karena ia merasa sangat kosong di dalam hatinya dan memerlukan seseorang yang dapat memahami dirinya yang sedang tidak sehat secara mental.
Mengapa seseorang dapat melakukan reaksi formasi? Seseorang dapat melakukan reaksi formasi bilamana ia merasa tidak nyaman dengan emosi dan pikiran yang dirasakannya dan ia tidak mau menerimanya. Biasanya, ia merasa malu, kesal, dan kecewa pada dirinya sendiri untuk menerima hal yang sedang dirasakannya.
“Kok bisa-bisanya aku naksir sama dia?!”
“Kok aku merasa seperti ini ya?”
“Kenapa aku harus berpikir seperti ini? Ini tidak boleh!”
Dan untuk melarikan diri dari ketidaknyaman tersebut, mereka melakukan tindakan yang sebetulnya berlawanan dengan yang sesungguhnya.
Apakah reaksi formasi adalah hal yang sehat? Bagaimana semestinya kita menyikapinya? Mekanisme perlindungan wajar terjadi pada manusia, tetapi jika terus-menerus, akan dapat mengganggu kesehatan mental kita. Oleh karena itu, diperlukannya penerimaan diri, memaafkan diri sendiri, dan menyayangi diri sendiri sebagaimana adanya agar kita tidak terlalu lama terperangkap dalam reaksi formasi. It’s okay to be imperfect even if it’s for your own standard, Soulmate LYS. ♥️
Jika masih terasa amat sulit, tidak apa-apa kok untuk datang mengunjungi profesional seperti psikolog, psikiater, dan peer counselor agar mendapatkan penanganan yang efektif dan efisien. Jangan lupa bahagia ya, Soulmate LYS! ♥️
SUMBER REFERENSI
Pawitri, A. (2020, Agustus 19). 10 Mekanisme Pertahanan Manusia Atasi Situasi Tak Nyaman. SehatQ. Retrieved from https://www.sehatq.com/artikel/mekanisme-pertahanan-manusia-atasi-situasi-tak-nyaman
Psychology Today. (n. d.). Reaction Formation. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/intl/basics/reaction-formation
Vinney, C. (2022, August 1). What Is Reaction Formation? verywellmind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/reaction-formation-is-5190404#:~:text=In%20psychology%2C%20reaction%20formation%20is,level%2C%20he%27s%20attracted%20to%20her
Comments
Post a Comment