RASA SYUKUR DAN MEMAAFKAN



PENULIS: Rania Hendradwiputri


Memaafkan. Suatu konsep yang cukup kompleks untuk dipahami, apalagi dilakukan. Bisa jadi mulut kita mengatakan telah memaafkan, pikiran kita menyatakan telah memaafkan, tetapi hati kita belum sepenuhnya telah memaafkan. Sedemikian kompleks, konsep tentang memaafkan ini. Baik memaafkan kesalahan diri sendiri yang telah mengakibatkan dampak negatif pada diri kita saat ini, maupun kesalahan orang lain yang telah merugikan kita hingga saat ini. Dua-duanya tidak semudah yang diimbau oleh orang sekitar. Baik dikarenakan hal yang sudah hilang untuk selamanya tidak dapat kembali lagi seperti semula, maupun waktu, tenaga, finansial, emosi, pikiran, kesehatan, dan lain sebagainya telah amat banyak terkuras habis hingga semakin sulit rasanya untuk membukakan pintu maaf. Hal ini amat wajar, pada akhirnya kita hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna. Tentu, akan ada batasan di mana kita sulit melakukan suatu hal tertentu sebab satu dan lain hal, termasuk memaafkan.

Memang betul bahwasanya masa lalu tidak dapat diubah sama sekali. Tidak ada yang namanya mesin waktu untuk mengubah sejarah hidup kita, untuk melarang diri kita di masa lalu melakukan suatu kesalahan, ataupun mencegah seseorang di masa lalu menyakiti kita sehingga kita akan baik-baik saja. Namun, percayalah. Kita memiliki kendali atas perasaan dan pikiran kita terhadap masa lalu tersebut. Kita mempunyai kuasa untuk mengubah sudut pandang kita terhadap hal-hal negatif yang mengganjal. Kita mempunyai kemampuan untuk mengendalikan gejolak emosi negatif yang ada tiap kali kita mengingat masa-masa buruk. Tentu saja prosesnya tidak mudah. Tidak mudah untuk melihat sesuatu dari sisi lain jika kita sudah terbiasa melihat dari satu sisi tertentu. Oleh sebab itu, kita membutuhkan orang lain yang dapat membantu kita memproses masa lalu secara netral, orang lain yang dapat dipercaya untuk mendampingi kita mengekspresikan emosi dan pikiran secara aman dan nyaman, tanpa penghakiman. Mengunjungi psikolog, psikiater, atau menggunakan layanan peer counseling sangat direkomendasikan.

Seiring proses menerima masa lalu, kita juga dapat mensyukuri masa kini. Sesederhana mensyukuri hidup kita saat ini yang masih dikelilingi oleh orang-orang yang peduli pada kita, otak kita yang senantiasa memperoleh ilmu yang bermanfaat, tubuh kita yang masih bernapas, kita masih bisa makan, mandi, tidur, dan melakukan aktivitas, kita masih memiliki rumah, alam semesta tempat kita tinggal ini masih menyediakan oksigen, masih ada orang baik di dunia ini yang dapat kita jumpai di komunitas kesehatan mental atau kegiatan relawan, mata kita masih bisa membaca tulisan ini, pikiran kita masih dapat memproses artikel ini, dan lain sebagainya; amat banyak hal kecil yang dapat kita syukuri. Ya, memang ketika kita sedang amat terpuruk, amat sulit melihat hal-hal kecil yang sebetulnya positif; oleh sebab itulah, kita juga membutuhkan dukungan dan masukan dari orang-orang yang dapat kita percayai; bisa keluarga, teman, pasangan, atau sosok profesional.

Tanamkan dalam pikiran kita bahwasanya masa lalu tidak akan dapat mendikte masa kini dan masa depan kita. Kita memiliki kemampuan penuh untuk menciptakan masa kini yang sehat fisik mental, serta membangun masa depan yang lebih positif dan menyenangkan. Dalam kebanyakan situasi, kita sesungguhnya jauh lebih mampu dari yang kita duga, lho. Kita jauh lebih mampu untuk mensyukuri, begitupun memaafkan.


SUMBER REFERENSI

Youth Empowerment. (n. d.). Gratitude, Forgiveness & Happiness. Retrieved from https://youthempowerment.com/gratitude-forgiveness-happiness/

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?