Mengukur Rasa Syukur


Penulis : Ghea Rae Sabrina


Setiap manusia akan selalu dihadapkan dengan berbagai hal dalam hidupnya, termasuk masalah. Masalah seringkali membuat manusia merasa bingung, tertekan hingga putus asa. Namun demikian, manusia akan selalu memiliki kesempatan untuk melihat hidup yang dijalani lebih positif. Nah, salah satu hal yang membuat diri kita berpikiran positif adalah bersyukur. Bersyukur membuat kita akan memiliki pandangan yang lebih positif dan perspektif secara lebih luas dalam memaknai kehidupan, yaitu pandangan bahwa hidup adalah suatu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. 

Ketika kita bersyukur kita akan memiliki kontrol yang lebih tinggi terhadap lingkungan, perkembangan personal atau personal growth, memiliki tujuan hidup dan dapat menerima diri kita sendiri. Bisa kita rasakan,ketika kita memiliki rasa bersyukur kita akan bisa berpikiran positif saat kita menghadapi kesulitan dalam hidup, mencari dukungan sosial dari orang lain, memiliki pandangan yang berbeda dengan pengalaman yang dialami, memiliki rencana dalam memecahkan masalah. 

Dari hal - hal yang kita rasakan saat bersyukur, jadi apa sih bersyukur itu?

Nah, bersyukur itu dapat didefinisikan dengan ungkapan rasa takjub, berterima kasih dan apresiasi terhadap kehidupan yang kita rasakan. Selain itu, bersyukur dapat diekspresikan kepada orang lain dan objek impersonal (Tuhan, alam, hewan dan sebagainya). 

Ada beberapa komponen bersyukur yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan : 

  1. Perasaan apresiasi yang hangat terhadap seseorang atau sesuatu

  2. Keinginan atau kehendak baik yang ditujukan kepada orang lain atau sesuatu

  3. Kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa apresiasi dan kehendak baik yang dimiliki. 

Lalu, bagaimana sih kita bisa mengukur rasa syukur kita?

Saat kita hendak mengukur rasa syukur yang kita miliki tentu saja harus memiliki indikator yang dapat kita ikuti agar dapat bisa dipastikan dengan apa yang kita lakukan dan rasakan. 

Dengan komponen pertama, yaitu Rasa apresiasi (sense of appreciation) terhadap orang lain ataupun Tuhan dan kehidupan. Kita bisa memberikan indikator dengan Menyadari kesenangan - kesenangan yang  sederhana (simple pleasure) yang diperoleh dari Tuhan dan kehidupan misalnya, Tuhan memberikan udara segar yang dapat kita hirup  untuk bernapas.  Komponen kedua, Perasaan positif terhadap kehidupan yang kita miliki, dengan indikator Merasa puas dengan hidup (sense of abundance) dan merasa bahagia dengan keadaan diri kita misalnya, bersyukur dengan kemampuan yang kita miliki, terus mengasah kemampuan tersebut dan menciptakan kebahagian sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Komponen ketiga, Kecenderungan untuk bertindak sebagai ekspresi dari perasaan positif dan apresiasi yang dimilikinya, dengan indikator menjalani aktivitas sebaik mungkin sebagai bentuk terima kasih kepada hidup dan Tuhan dan membantu orang lain sebagai wujud terima kasih misalnya, beribadah dengan sebaik - baiknya, melakukan hal yang disukai oleh Tuhan dan menjauhi hal yang tidak disukai oleh Tuhan serta mau membantu orang lain yang membutuhkan bantuan. 

Lebih lanjut lagi tentang rasa syukur ini memiliki dua jenis, yaitu bersyukur secara personal merupakan rasa terima kasih yang ditujukan kepada orang lain yang khususnya telah memberikan suatu kebaikan (baik berbentuk materi atau keberadaannya saja), selain itu, ada bersyukur secara transpersonal merupakan ungkapan berterima kasih yang ditujukan kepada Tuhan, kekuatan yang lebih besar dari diri kita, atau alam semesta. 


SUMBER REFERENSI 

Fitzgerald, P (1998). Gratitude and justice. Ethics, 109, 119-153.


McCullough, M.E., Tsang, J. & Emmons, R.A. (2004). Gratitude in intermediate affective terrain: Links of grateful moods to individual difference and daily emotional experience. Journal of Personality and Social Psychology, 86, 295-309.


Peterson, C., & Seligman, M.E.P. (2004). Character Strength and Virtues: A Handbook & Classification. New York: Oxford University Press.


Snyder, C.R., & Lopez, S.J. (2005). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.


Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?