MEMAKNAI LUKA SEBAGAI GRATITUDE
PENULIS: Rania Hendradwiputri
Luka. Hal yang tak pernah nyaman untuk dirasakan, baik luka fisik maupun luka hati. Baik dalam jangka waktu pendek seperti beberapa hari, maupun jangka waktu panjang seperti bertahun-tahun atau bahkan, rasanya seumur hidup luka ini takkan pernah sembuh. Manifestasi luka sendiri bermacam-macam, ada yang berupa penyakit yang menyerang tubuh kita, atau rasa sakit, putus asa, tertekan, terkhianati, kebencian yang mendalam pada seseorang, atau bahkan diri kita sendiri. Intensitas luka demikian beragam, ada yang hanya seperti digigit semut atau nyamuk, ada pula yang rasanya membuat kita sulit bernapas dan bangun dari kasur. Intinya, tidak ada hal yang menyenangkan muncul dari luka. Luka adalah penderitaan, membuat kita tidak nyaman, hal ini benar adanya.
Akan tetapi, apakah selalu demikian?
Apakah betul-betul tidak ada makna penting dari luka yang kita peroleh?
Dilansir oleh Southside Pain Specialists (2019), sesungguhnya luka dapat mengajari kita tiga hal:
- Kita jadi menyadari bahwa tubuh kita jauh lebih hebat dari yang kita duga. Rasa sakit yang kita rasakan, baik fisik maupun mental, adalah cara tubuh kita memberitahu bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Seperti, perut kita sakit, buang air besar encer. Artinya, ada yang salah sedang terjadi dalam sistem pencernaan kita. Bukankah artinya tubuh kita peduli pada kita? Kita terlahir sedemikian rupa untuk tubuh kita dapat memberitahu tanpa bicara bahwa kita sedang sakit. Setelah menyadari demikian, kita dapat meminum obat sakit perut, pergi ke dokter, mengonsumsi makanan yang lebih sehat, dan lain-lain. Ini juga berlaku dalam kesehatan mental. Ketika pikiran kita selalu negatif, putus asa, ingin “tutup buku”, bukankah artinya otak dan hati kita sedang memberitahu bahwa kita sedang tidak baik-baik saja? Oleh sebab itu, adanya profesional kesehatan mental seperti psikolog, psikiater, dan juga para peer counselor yang bisa kita temui untuk menenangkan diri ketika kita sedang tidak sehat mental. Jika kita dapat menyadari makna-makna di balik luka seperti ini, niscaya kita akan lebih dapat melihat luka yang ada dari sisi netral.
- Kita dapat membangun rasa syukur yang tulus dan sungguh-sungguh datang dari lubuk hati terdalam. Ya, amat sulit melihat luka dari sudut pandang positif. Sesuai yang telah diterangkan di atas, memiliki luka tidak pernah nyaman. Memiliki luka rasanya sangat sakit dan menderita. Tentu, wajar ketika kita sulit sekali berpikir dari sudut pandang yang berbeda tatkala kita sedang merasakan sakit yang luar biasa. Tetapi, coba renungi baik-baik. Apakah luka ini ada hubungannya dengan batasan diri? Apakah luka ini mengajari kita untuk lebih hati-hati memberikan informasi pribadi? Apakah luka ini mempertemukan kita dengan orang-orang baik, baik offline maupun online? Apakah luka ini menegur kita untuk lebih peduli pada kesehatan kita, baik fisik maupun mental? Memberitahu kita bahwa selama ini kita tidak menaruh perhatian yang mumpuni pada jam tidur kita, asupan makanan minuman kita, aktivitas kita sehari-hari yang sesungguhnya terlalu padat dan kita membutuhkan istirahat sejenak? Mari, renungkanlah. Tidak ada hal di dunia ini yang terjadi tanpa alasan. Hanya saja, alasannya terkadang tak dapat kita sadari begitu saja. Kadangkala, kita perlu orang lain, suatu peristiwa, atau suatu ilmu untuk menyadarinya.
- Kita dapat mengetahui siapa saja orang-orang yang memang menyayangi kita sepenuh hati. Kadangkala, memang ada orang-orang yang hanya akan ada tatkala kita sedang ada di atas, bahagia, sukses, tetapi ketika roda kehidupan berputar ke bawah sehingga kita terpuruk, putus asa, mereka tiba-tiba saja hilang tanpa jejak. Tetapi, akan tetap ada orang-orang yang memutuskan untuk tetap berada di samping kita kala kesulitan terjadi. Mereka siap menolong kita, melindungi kita, mendukung kita, mendampingi kita menghadapi keterpurukan, menemani kita mengobati luka yang ada. Bahkan, terkadang orang-orang baru yang hadir dalam hidup kita untuk membantu, bukan orang-orang yang telah kita kenal sebelumnya. Masih banyak orang baik di dunia ini, ditunjukkan dengan banyaknya support group kesehatan mental di berbagai media sosial. Kita akan saling mendengarkan, memvalidasi luka yang ada, dan sama-sama maju ke depan menjadi pribadi yang lebih sejahtera.
Diingatkan kembali, bahwa luka yang ada dalam hidup kita selamanya valid. Amat wajar jika luka tersebut meninggalkan beragam emosi, pikiran negatif yang senantiasa menghantui kita, hingga membuat kita putus asa. Tetapi, percayalah. Akan ada makna tersembunyi yang berharga dalam luka tersebut. Mungkin sulit untuk kita temukan sekarang. Mungkin juga kita membutuhkan orang lain untuk menemukan makna tersebut. Oleh karena itu, jangan sungkan untuk meminta bantuan pada orang-orang yang dipercaya, atau ke ahli profesional. Tetap sehat fisik mental selalu, Soulmate LYS!
SUMBER REFERENSI
Southside Pain Specialists. (2019, November 8). What you learn along the way: reasons to be thankful for pain. Retrieved from https://www.southsidepainspecialists.com/reasons-to-be-thankful-for-pain/
Comments
Post a Comment