SELF ACCEPTANCE: MENERIMA DAN MENYAYANGI DIRI SEUTUHNYA

PENULIS: Rania Hendradwiputri

Dalam menjalani hidup, kita, para manusia, cenderung sulit untuk menerima dan menyayangi diri kita secara utuh. Pada akhirnya, kita terbiasa hanya mengakui sebagian aspek tertentu dalam diri kita dan menyembunyikan aspek yang lain sebab alasan-alasan tertentu. Ada yang menyembunyikan kekurangan, ada pula yang menyembunyikan kelebihan. Tuntutan masyarakat sehari-hari, pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan, dan pola asuh orang tua kita semasa kecil adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan kita menyembunyikan aspek-aspek tertentu dalam diri.

Sebagai contoh, apabila seseorang pernah dirundung karena dia pintar, maka ia bisa jadi tidak akan pernah menunjukkan kepintarannya kembali di depan orang lain karena ia takut akan dirundung lagi. Contoh lain adalah, apabila seseorang pernah dimarahi sebab ia tidak mahir Matematika, maka ia bisa jadi akan menghalalkan segala cara agar ia tidak akan pernah dimarahi lagi, misalnya menyontek atau menyembunyikan kertas ulangannya. Atau, bisa jadi juga ia akan memforsir waktu dan tenaganya untuk belajar segiat mungkin agar dapat memperoleh nilai yang bagus dan tidak diomeli lagi.

Hal-hal seperti ini, walaupun terdengar sederhana, dapat mempengaruhi bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri sampai tumbuh dewasa. Tanyakanlah pada dirimu sendiri, sudahkah kamu menerima dirimu sendiri seutuhnya, baik sisi positif maupun negatif dalam diri?

Dalam jangka panjang, akan berdampak tidak baik jika kita secara terus-menerus selalu dan selalu menutupi beberapa aspek dalam diri kita, dengan alasan apa pun. Tentu, kita memiliki harapan untuk memperbaiki, meningkatkan performa, ataupun beradaptasi dan hidup bersama aspek-aspek tertentu dalam diri kita, tetapi sebelum hal-hal tersebut dilakukan, amat perlu kita untuk menerima keberadaannya terlebih dahulu. Untuk melakukan penanganan tertentu terhadap sebuah hal, bukankah hal tersebut harus diketahui, diakui, dipastikan keberadaannya terlebih dahulu secara utuh? Jika selamanya disembunyikan, apa yang dapat diubah? Bahkan eksistensinya saja tidak dianggap ada di dunia ini.

Oleh karena itu, akuilah keberadaan aspek-aspek dalam diri kita yang kita selama ini sembunyikan. Awalnya akan terasa sakit, memang. Akan ada muncul berbagai macam emosi negatif seperti sedih, marah, kecewa, malu, bingung, kaget, dan lain-lain, tetapi tidak apa-apa. Proses menerima diri sendiri secara utuh tidak perlu dilakukan secara terburu-buru. Sesuaikan dengan fase kita saja. Tariklah napas panjang, lalu buanglah kuat-kuat. Tetap perhatikan kesejahteraan psikologis kita dalam perjalanan menerima diri sendiri secara utuh ini, sebab perjalanan ini tentu akan memakan waktu yang tidak sebentar dan akan ada berbagai macam emosi, ingatan yang bergejolak di dalam diri yang bisa jadi kurang nyaman bagi kita. Jika semua ini terasa sulit dilakukan seorang diri, sangat tidak apa-apa untuk membagi beban pada orang yang dipercaya atau ahli profesional seperti psikolog atau psikiater. Tidak perlu memikul semuanya sendirian, akan selalu ada orang baik yang akan membantu perkembangan diri kita menuju versi diri yang lebih sehat mental.

Dengan menumbuhkan kemampuan self-acceptance, niscaya manfaatnya akan amat positif dalam kehidupan kita secara keseluruhan. Kita akan membuka lebih banyak peluang tantangan yang dapat meningkatkan kualitas diri, kita akan menghadapi pikiran-pikiran negatif kita secara sehat dan tidak merugikan diri sendiri ataupun orang lain, kita akan menumbuhkan sifat bijaksana, kita akan lebih menyayangi diri sendiri secara tulus tanpa syarat apa pun, dan kita akan memiliki hubungan sosial yang lebih sehat dengan orang lain serta tidak perlu “berpura-pura”, “menutupi kekurangan”, “tampil 100% sempurna” di hadapan orang lain. Kita akan menjadi orang yang apa adanya dan dapat mengatasi permasalahan hidup dengan cara yang efektif dan efisien.

Menerima diri sendiri memanglah tidak mudah, tetapi perlahan namun pasti, kita akan dapat melakukannya, dan merasakan manfaatnya dalam kehidupan kita. Tidak apa-apa “jatuh” dalam perjalanan menerapkannya, perjalanan menerima diri sendiri tidak selancar garis lurus. Akan ada naik dan turunnya. Istirahatlah jika lelah, jaga kesehatan fisik dan mental selalu, dan jika semua terasa berat, bagikanlah beban yang dirasakan pada kerabat yang dipercaya atau profesional seperti psikolog dan psikiater, ya. Tetap tenang dan semangat!


SUMBER REFERENSI

Ackerman, C. E. (2021, December 14). What is Self-Acceptance? 25 Exercises + Definition and Quotes. PositivePsychology.com. Retrieved from https://positivepsychology.com/self-acceptance/

Kozlowski, T. (2021, March 2). How to Accept Our Weaknesses for Personal Growth. LinkedIn. Retrieved from https://www.linkedin.com/pulse/how-accept-our-weaknesses-personal-growth-terri-kozlowski/

Meurisse, T. (n. d.). These 6 Amazing Things Will Happen When You Embrace Your Weaknesses. Lifehack. Retrieved from https://www.lifehack.org/313846/these-6-amazing-things-will-happen-when-you-embrace-your-weaknesses

Perera, K. (n. d.). The importance of self-acceptance. More Self-Esteem. Retrieved from https://www.more-selfesteem.com/more-self-esteem/building-self-esteem/the-significance-of-self-acceptance/

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?