APA SAJA CIRI-CIRI ORANG YANG DAPAT MENERIMA DIRI SENDIRI?

PENULIS: Rania Hendradwiputri

Telah dibahas dalam artikel sebelumnya bahwa self-acceptance, atau penerimaan diri, adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat menerima dirinya sendiri sebagaimana adanya, baik kelebihan maupun kekurangan, secara objektif dan rasional (Perera, n. d.). Self-acceptance jugalah membuat kita dapat lebih bijak dan welas asih memandang diri kita sendiri, sebagaimana kita adalah manusia biasa dengan berbagai macam kekurangan, tetapi tidak 100% kekurangan tersebut mendefinisikan kita secara keseluruhan sebab kita jugalah memiliki kelebihan (McBride, 2021). Seluruh bagian dalam diri kita adalah sebuah satu-kesatuan yang tak bisa dipisah-pisahkan, dan dalam mempraktikkan self-acceptance, kita diimbau untuk dapat mengakui eksistensi seluruh bagian dalam diri kita secara utuh, baik yang positif maupun negatif (McBride, 2021).

Untuk mengetahui apakah kita sudah menerapkan self-acceptance dengan baik atau perlu diasah lebih saksama, Dinasanti (2017) memaparkan ciri-ciri individu yang telah dapat menerima dirinya sendiri:

  1. Menerima diri sendiri apa adanya. Sebagaimana menurut Perera (n. d.) dan McBride (2021), penerimaan diri dilakukan secara keseluruhan. Baik kelebihan maupun kekurangan, baik positif maupun negatif, semua hal dalam diri kita, kita terima keberadaannya. Tentu boleh diubah, diatasi, ataupun mencoba untuk beradaptasi dengan bagian-bagian tertentu dalam diri kita. Akan tetapi, untuk menangani sesuatu, kita perlu mengakui keberadaannya terlebih dahulu. Apakah kita dapat menyentuh, melakukan sesuatu pada hal yang eksistensinya saja dianggap tidak ada? Sulit, bukankah demikian? Maka dari itu, pengakuan akan keberadaan seluruh aspek dalam diri kita demikian penting.
  2. Tidak menolak dirinya sendiri bilamana memiliki kekurangan, atau pun kelebihan. Amat sulit memang untuk menerima kekurangan. Apalagi, ketika kekurangan tersebut ditanggapi negatif oleh lingkungan sekitar. Bahkan, kadang-kadang, kelebihan kitalah yang tidak diapresiasi oleh orang lain. Tentu rasanya tidak nyaman dan sangat menyakitkan. Tidak apa-apa marah, kecewa, sedih, malu, dan beragam emosi negatif lainnya. Boleh didiskusikan terlebih dahulu dengan profesional seperti psikolog atau psikiater jika poin ini sulit untuk dilakukan.
  3. Memiliki keyakinan bahwa kita tidak dapat secara utuh 100% bergantung pada cinta dan pujian orang lain, sebab kita dapat mencintai dan memuji diri kita sendiri. Memang, manusia adalah makhluk sosial. Tentu saja kita akan selalu membutuhkan keberadaan orang lain. Namun, orang lain tidak akan selalu 100% bersama kita. Akan ada saatnya kita sendirian, dan akan ada saatnya pula mereka akan pergi meninggalkan kita sebab berbagai alasan, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, kita juga perlu, lho mempraktikkan positive self-talk (mengatakan hal-hal positif pada diri sendiri) seperti “aku telah berjuang dengan baik” serta self-love (menyayangi diri sendiri). Sama seperti poin nomor dua, jika ini terasa sulit, tentu boleh didiskusikan dengan profesional yang akan dapat memberikan solusi yang cocok untuk kita.
  4. Untuk merasa berharga, kita tidak perlu selalu melakukan semua hal secara sempurna. Pada akhirnya, mustahil kita selaku manusia tidak pernah satu kali pun melakukan kesalahan. Namun, terkadang lingkungan sekitar senantiasa menuntut kita untuk sesuai dengan ekspektasi mereka, hingga akhirnya kita merasa bahwa kita hanya akan dihargai, dicintai, dipedulikan jika kita memenuhi ekspektasi tersebut. Padahal tidak selalu demikian. Kadang-kadang, jika kita memang lelah, tidak apa-apa untuk tidak memberikan 100%. Tidak apa untuk sesekali hanya memberikan 75%, 50%, atau bahkan 10% saja. Yang terbaik bukanlah 100%, tetapi ketika melakukan sesuatu, tetapi tidak mengorbankan fisik dan mental kita. Jika kita melakukan kesalahan, tidak apa. Kita ambil kritik dan sarannya agar di kemudian hari dapat diperbaiki. Akan selalu ada jalan untuk memperbaiki keadaan, baik langsung maupun tidak langsung. Tidak apa-apa untuk tidak melakukan segalanya 100% sempurna.

Berikut adalah ciri-ciri orang yang telah menerapkan self-acceptance dengan baik. Tidak apa jika masih perlu dilatih kembali. Perjuangan menerima diri sendiri memang akan membutuhkan waktu yang lama dan tidak selamanya akan berjalan lancar seperti garis lurus. Jangan lupa istirahat, jaga kesehatan fisik dan mental selalu, dan jika semua terasa berat, bagikanlah beban yang dirasakan pada kerabat yang dipercaya atau profesional seperti psikolog dan psikiater, ya. Tetap tenang dan semangat!


SUMBER REFERENSI

Dinasanti, D. (2017, August 6). Apa Saja Ciri-Ciri Orang yang Dapat Menerima Dirinya Sendiri? dictio. Retrieved from https://www.dictio.id/t/apa-saja-ciri-ciri-orang-yang-dapat-menerima-dirinya-sendiri/9061

McBride, K. (2021, December 15). 6 Steps to Self-Acceptance: The best gift you can give yourself. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-legacy-distorted-love/202112/6-steps-self-acceptance

Perera, K. (n. d.). The importance of self-acceptance. More Self-Esteem. Retrieved from https://www.more-selfesteem.com/more-self-esteem/building-self-esteem/the-significance-of-self-acceptance/

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?