6 LATIHAN DASAR SELF ACCEPTANCE SUPAYA LEBIH BISA PERCAYA DIRI
PENULIS: Rania Hendradwiputri
Dalam menjalani hidup, kadangkala kita mengalami kesulitan untuk menerima diri kita sendiri, terutama menerima kekurangan diri kita sendiri yang mengganggu aktivitas kita sehari-hari dan keberlangsungan hidup. Kadangkala pula, orang-orang di lingkungan kita yang membuat kita semakin sulit menerima diri kita sendiri dengan berbagai macam tuntutan, atau bahkan kata-kata tidak menyenangkan yang dilontarkan oleh mereka terhadap kita sehingga kita merasa sakit dan tidak sayang pada diri sendiri. Dengan membangun kemampuan self-acceptance, kita akan jauh lebih mudah memahami dan mengakui kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita secara utuh dan objektif, serta rasional (Perera, n. d.). Dengan menumbuhkan kemampuan self-acceptance, kita membuka kemungkinan lebih kencang untuk jauh lebih menyayangi dan welas asih pada diri sendiri, serta dapat lebih positif memandang diri sendiri, dan kemudian lingkungan sekitar. Dengan demikian, kita akan memperoleh pengembangan diri yang jauh lebih bermakna dan pesat, sehingga kualitas hidup kita akan jauh lebih meningkat (Perera, n. d.).
Dengan kita menerima diri sendiri, artinya adalah kita telah memahami dari lubuk hati yang terdalam bahwa kita adalah manusia yang rentan akan kesalahan, tetapi kesalahan tersebut tidak sepenuhnya mendeskripsikan kita karena tetap ada hal-hal baik yang bisa mendeskripsikan kita pula (McBride, 2021). Kekurangan kita adalah bagian dari diri kita dan perlu diakui, tetapi begitu pula dengan kelebihan kita. Seluruh bagian dari diri kita adalah satu-kesatuan yang patut semuanya diterima eksistensinya. Dengan adanya semua bagian dari diri kita tersebut, itulah yang membuat kita adalah kita (McBride, 2021).
Berikut adalah enam (6) latihan dasar mengembangkan kemampuan self-acceptance supaya kita dapat menjadi pribadi yang lebih percaya diri, serta dapat mempermudah hidup kita secara keseluruhan:
- Memiliki niat yang kuat untuk mengembangkan kemampuan self-acceptance dan berkomitmen pada niat tersebut. Jika kita belum merasa bahwa kemampuan self-acceptance ini penting bagi diri kita, maka latihan yang dilakukan untuk mengembangkan self-acceptance tidak akan menunjukkan hasil yang signifikan. Dari dalam lubuk hati kita yang terdalam, kita memang memiliki keinginan untuk menerima diri dan berhenti membenci diri, bukan atas dasar paksaan orang lain atau ikut-ikutan orang lain. Semua ini harus diawali dari niat secara sadar dan sungguh-sungguh sehingga kita dapat menjalaninya dengan komitmen yang tinggi. Memang akan ada saat-saat kita “jatuh” dan kembali membenci diri kita, tetapi tidak apa-apa. Memulai kebiasaan baru memanglah perjalanan yang tidak lurus, tentu berkelok-kelok dengan adanya jatuh dan bangun. Istirahatkan dirimu terlebih dahulu jika lelah, lalu perlahan bangkit kembali.
- Mengatasi perasaan, pikiran, dan/atau luka masa lalu yang masih mengganjal. Apakah ada perasaan cemas, takut, sedih, marah, kecewa, malu yang tiba-tiba saja datang tanpa sebab? Atau, adakah pikiran-pikiran negatif seperti “aku orang yang tidak berharga”, “aku bodoh”, bahkan “aku ingin pergi saja”? Atau, adakah pengalaman masa lalu yang masih terasa menyakitkan bilamana diingat kembali? Pertimbangkanlah untuk menceritakannya ke profesional seperti psikolog atau psikiater. Selain itu, boleh juga menceritakannya ke kerabat yang dipercaya. Atau, jika senang menulis, boleh menulis buku harian, memulai journaling, atau melakukan expressive writing agar hal-hal berat yang selama ini kita pikul sendirian dapat tersalurkan.
- Mengembangkan nilai-nilai diri. Terkadang, kita tidak cukup peka pada diri sendiri. Apakah ada topik-topik tertentu yang membuat kita tidak nyaman setiap kali dibahas? Apakah ada perilaku tertentu dari orang lain yang membuat kita tidak nyaman setiap kali kita melihatnya? Atau, apakah ada perilaku tertentu dari orang lain yang membuat kita bahagia setiap kali kita menerimanya? Ini perlu kita ketahui untuk menentukan batasan diri. Jika ada orang yang membuat tidak nyaman, kita boleh batasi pergaulan atau memutus hubungan. Jika ada orang yang membuat bahagia, maka kita pertahankan.
- Mempraktikkan self-talk yang positif. Jika hal-hal negatif seperti “aku bodoh”, “aku jelek”, “aku ceroboh” masih sering terlintas dalam pikiran kita, yakinkanlah diri kita bahwa kita tidak seburuk itu. Kalaupun kita memang pernah melakukan kesalahan, kesalahan tersebut tidak akan 100% mendeskripsikan diri kita. Jadi, lawanlah pikiran-pikiran negatif tersebut dengan mengatakan hal-hal positif pada diri kita seperti “tidak, aku tidak bodoh”, “aku tidak jelek. Aku manis, kok”, “aku telah melakukan yang terbaik. Tidak apa-apa ada sedikit kecerobohan, ke depannya aku akan tidak ceroboh lagi”. Boleh juga menempel kata-kata positif seperti “aku telah melakukannya dengan baik” di dinding kamar, di layar ponsel, atau sebagainya.
- Menerima kesalahan masa lalu. Pada akhirnya, masa lalu tidak akan pernah bisa diubah. Masa lalu sudah terjadi dan kita tidak akan pernah bisa kembali lagi ke sana. Akan tetapi, kita dapat memperbaiki diri dari kesalahan-kesalahan tersebut agar tidak terulang lagi di kemudian hari. Lagipula, bukankah manusia memang tidak pernah luput dari kesalahan? Tentu tidak apa-apa jika rasa bersalah itu menyakitkan dan perlu ada waktu untuk disesali, menangis, dan sebagainya, tetapi jika rasa bersalah dan penyesalan mengganggu aktivitas sehari-hari, maka perlu adanya penanganan. Jika masih terasa sulit, dapat berkonsultasi ke profesional.
- Menerima ketidaksempurnaan. Tidak akan ada manusia yang sempurna 100%. Cobalah tanyakan pada dirimu sendiri “mengapa aku harus sempurna 100%? Mengapa aku harus pandai di bidang ini, di bidang itu?”. Cobalah untuk menerima segala kelebihan, kekurangan, kekuatan, kelemahan, semua hal di dalam diri kita secara menyeluruh. Sekali lagi, jika masih terasa sulit, psikolog atau psikiater akan selalu ada untuk kita melakukan konsultasi. (McBride, 2021)
Berikut adalah enam latihan dasar untuk mengembangkan kemampuan menerima diri sendiri. Menerima diri sendiri memanglah tidak mudah, tetapi perlahan namun pasti, kita akan dapat melakukannya, dan merasakan manfaatnya dalam kehidupan kita. Tidak apa-apa “jatuh” dalam perjalanan menerapkannya, perjalanan menerima diri sendiri tidak selancar garis lurus. Akan ada naik dan turunnya. Istirahatlah jika lelah, ceritakanlah pada orang lain bila terasa berat, kemudian kumpulkanlah energi untuk bangkit kembali. Selamat mencoba!
SUMBER REFERENSI
McBride, K. (2021, December 15). 6 Steps to Self-Acceptance: The best gift you can give yourself. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-legacy-distorted-love/202112/6-steps-self-acceptance
Perera, K. (n. d.). The importance of self-acceptance. More Self-Esteem. Retrieved from https://www.more-selfesteem.com/more-self-esteem/building-self-esteem/the-significance-of-self-acceptance/
Comments
Post a Comment