PENTINGNYA MEMPELAJARI SELF-AWARENESS UNTUK MILLENNIAL

PENULIS: Rania Hendradwiputri


Dalam masa-masa yang tidak menentu seperti di tengah-tengah pandemi COVID-19 seperti ini, ditemukan bahwasanya kesejahteraan psikologis individu di belahan dunia mengalami penurunan, sebagaimana semakin banyak individu yang melaporkan rasa kesepian, ketidakberdayaan, ketidakpercayaan diri, kecemasan, ketakutan, putus asa, dan lain sebagainya (Gubler, Makowski, Troche, & Schlegel, 2020), tak terkecuali mereka dalam generasi millennial. Menurut Beresford Research (n. d.), generasi millennial adalah mereka yang lahir mulai tahun 1981 sampai 1996, dengan kata lain mereka yang kini telah berusia sekitar 26 tahun sampai 41 tahun, atau masa-masa dewasa muda sampai dewasa madya (Papalia & Martorell, 2013). Menurut Papalia dan Martorell (2013), masa-masa dewasa muda sampai dewasa madya dipenuhi dengan rintangan dalam berbagai macam aspek, seperti karir, finansial, hubungan interpersonal dengan keluarga, teman, atau pasangan, serta hubungan intrapersonal dengan diri sendiri pula, dalam masa-masa ini mulai mengalami pergolakan yang signifikan. Sebagai contoh, dalam masa-masa ini, orang akan mulai berpikir apakah karir yang telah mereka pilih sesuai dengan tujuan hidupnya atau jangan-jangan selama ini dia telah menekuni karir yang salah dan tidak sesuai dengan passionnya. Akan tetapi, dia tidak bisa begitu saja meninggalkan karir yang telah dia rintis sebab dia memiliki tanggungan keluarga dan dia juga tidak mau mengecewakan orang-orang di sekitarnya. Dan, berkat pandemi COVID-19 yang kini telah melanda lebih dari dua tahun lamanya, masalah-masalah seperti ini semakin bertambah dengan karir yang tidak menentu jalannya, finansial yang tunggang-langgang, hubungan interpersonal yang semakin sulit untuk dilakukan sebab kita tidak dapat keluar rumah dengan leluasa, sehingga membuat kita merasakan emosi-emosi negatif seperti cemas, sedih, kecewa, marah, takut, dan lain-lain (Gubler dkk., 2020).

    Terkadang, gejolak emosi-emosi negatif tersebut sulit sekali disadari oleh seseorang sebab mereka tengah sibuk menjalani kehidupan mereka masing-masing yang tidak stabil berkat ulah pandemi COVID-19. Orang cenderung menimbun emosi-emosi negatif tersebut dengan kalimat-kalimat seperti “aku tidak apa-apa”, “aku tidak boleh sedih”, “semuanya akan baik-baik saja” tanpa menyadari dampak jangka panjangnya akan jauh lebih memperburuk kesejahteraan psikologis mereka. Oleh karena itu, generasi millennial perlu dikenalkan dengan konsep self-awareness. Telah dipaparkan dalam artikel-artikel sebelumnya bahwasanya self-awareness artinya adalah melakukan refleksi, evaluasi, serta introspeksi terhadap diri sendiri agar kita jauh lebih peka dengan apa yang sesungguhnya diri kita butuhkan (Ackerman, 2021; Cherry, 2020). Dengan melakukan self-awareness, maka kita akan jauh lebih mengenali sebetulnya apa yang kita inginkan, rasakan, pikirkan, bakat dan minat kita, tujuan hidup kita, nilai-nilai yang kita anut, kelebihan dan kekurangan kita, apa yang perlu kita tingkatkan dalam diri kita, apa yang perlu diperbaiki dalam diri kita, dan lain sebagainya yang tentunya akan amat bermanfaat dalam memudahkan perjalanan hidup kita ke depannya (Ackerman, 2021; Cherry, 2020).

    Manfaat self-awareness secara lebih mendalam menurut Ackerman (2021) adalah sebagai berikut:

  • Memudahkan kita mengenal dan menerima diri sendiri;
  • memperlebar sudut pandang kita secara objektif, lebih terbuka dengan hal-hal baru dan tidak terkukung dalam pandangan yang sempit;
  • lebih baik dalam mengendalikan emosi, pikiran, dan tingkah laku;
  • beraktivitas secara kreatif dan produktif, memiliki banyak ide untuk dilakukan dan ditunjukkan;
  • meningkatkan emosi positif, mengurangi stres dan emosi-emosi negatif seperti kecemasan, ketakutan, dan lain sebagainya;
  • meningkatkan kemampuan problem solving, pikiran lebih jernih untuk menghadapi rintangan hidup;
  • meningkatkan kualitas kerja dan hubungan interpersonal, sehubungan dengan meningkatnya kepercayaan diri.

    Berdasarkan manfaat-manfaat self-awareness tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya self-awareness amat dapat membantu kualitas hidup generasi millennial zaman sekarang, terutama dengan adanya pandemi COVID-19 ini yang menurunkan kesejahteraan mental millennial zaman kini. Self-awareness dapat mulai dibangun dengan cara menyempatkan waktu sendiri untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri, mempraktikkan mindfulness, melakukan journaling atau rutin menulis buku harian, melatih active listening ketika bercengkerama dengan orang lain, mencari sudut pandang baru dan terbuka dengan pengalaman baru, dan lain sebagainya (Ackerman, 2021).

    Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, mulai kita terapkan self-awareness demi kesehatan mental yang lebih baik tahun 2022 ini!


SUMBER REFERENSI

Ackerman, C. E. (2021, December 6). What is self-awareness and why is it important? [+5 ways to increase it]. PositivePsychology. Retrieved from https://positivepsychology.com/self-awareness-matters-how-you-can-be-more-self-aware/

Beresford Research. (n. d.). Age Range by Generation: Beresford Research. Retrieved from https://www.beresfordresearch.com/age-range-by-generation/

Cherry, K. (2020, July 14). Self-awareness development and types. verywellmind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/what-is-self-awareness-2795023#:~:text=Self%2Dawareness%20involves%20being%20aware,the%20self%2Dconcept%20to%20emerge

Gubler, D. A., Makowski, L. M., Troche, S. J., & Schlegel, K. (2020). Loneliness and Well-Being During the Covid-19 Pandemic: Associations with Personality and Emotion Regulation. Journal of Happiness Studies. doi:10.1007/s10902-020-00326-5

Papalia, D. E. & Martorell, G. (2013). Experience human development (13rd ed.). New York: McGraw Hill.

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?