MENGENALKAN SELF-AWARENESS PADA ANAK


PENULIS: Rania Hendradwiputri

Self-awareness adalah kemampuan seseorang untuk dapat melihat dirinya sendiri secara jelas dan objektif dengan cara melakukan refleksi dan introspeksi diri (Ackerman, 2021; Cherry, 2020). Self-awareness juga berarti kita selaku manusia sadar penuh atas kualitas diri kita yang membedakan kita dengan orang lain, seperti bakat, minat, kepribadian, sifat, pikiran, perasaan, dan sebagainya (Ackerman, 2021; Cherry, 2020). Self-awareness juga mengandung arti kita memiliki kontrol penuh atas diri kita. Kita memiliki kesadaran penuh atas apa yang kita pikirkan dan rasakan, serta kita juga menyadari bahwa kita dapat mengendalikan pikiran dan perasaan tersebut. Kita punya kuasa penuh atas diri kita (Ackerman, 2021; Cherry, 2020).
Konsep self-awareness ini dapat dipelajari sejak masih kecil, sebagaimana sejak kecil kita sudah diajarkan oleh orang tua dan lingkungan kita bagaimanakah kita harus mengambil sikap dalam situasi tertentu, seperti tidak boleh tertawa di suasana pemakaman sebab tindakan tersebut tidak etis secara moral. Self-awareness pada anak berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak, yang mana anak dapat memiliki kemampuan kognitif untuk dapat mengenali, menyadari, dan menilai tindakannya, perilakunya, dan responsnya terhadap situasi sosial secara akurat (LearningWorks for Kids, 2012). Jika seorang anak memiliki kemampuan self-awareness yang baik, maka anak akan dapat membedakan manakah tindakan yang baik dan buruk, sehingga anak akan mengambil sikap yang tepat untuk ditunjukkan dalam situasi sosial tertentu (LearningWorks for Kids, 2012).
Self-awareness pada anak juga berfungsi sebagai tolak ukur anak menyadari seberapa jauh tindakannya dapat mempengaruhi orang lain di sekitarnya (LearningWorks for Kids, 2012). Misalnya, ketika anak bermain dengan teman-temannya. Jika anak memiliki kemampuan self-awareness yang baik, anak akan memperlakukan teman-temannya dengan baik dan penuh empati, pengertian, ramah, dan hangat, sehingga aktivitas bermain mereka berjalan dengan lancar. Anak tahu bahwa jika dia bersikap tidak menyenangkan di depan teman-temannya, ia akan melukai perasaan teman-temannya, sehingga ia tidak akan melakukan tindakan-tindakan agresif yang dapat membahayakan baik dirinya sendiri maupun orang lain.
Anak dengan kemampuan self-awareness yang baik juga mulai dapat mengenali dirinya sendiri, sesederhana apa yang dia sukai dan tidak dia suka (LearningWorks for Kids, 2012). Dia dapat menyatakan dia menyukai warna biru dan tidak menyukai warna kuning. Dia dapat menyatakan dia suka membaca komik karena banyak gambarnya dan tidak suka membaca buku yang terlalu banyak tulisannya karena membosankan, dan lain sebagainya. Hal ini patut dipertahankan, sehingga semasa dewasa nanti anak akan dapat mengekspresikan dirinya sendiri secara otentik. Dia akan mudah mengetahui apa yang diinginkannya dan tidak diinginkannya, sehingga ia akan menjadi seseorang yang asertif dan teguh pendirian tatkala sudah tumbuh dewasa nanti (LearningWorks for Kids, 2012).
Nah, setelah mengetahui berbagai manfaat self-awareness pada anak, kira-kira bagaimana, ya, cara menumbuhkan self-awareness pada anak? Berikut di bawah ini adalah cara-caranya, yaitu:
  • Terlibat secara aktif dalam tumbuh kembang anak sebagai sosok “teman”. Seringlah mengajak anak untuk berbicara tentang kesehariannya, tentang isi pikirannya, tentang perasaannya, menjawab secara aktif tatkala anak menanyakan sesuatu yang tidak ia mengerti, mendampingi proses pembelajaran anak, menyemangati anak tatkala ia merasa ia tidak mampu, memuji anak tatkala ia berhasil, dan lain sebagainya;
  • Secara aktif melibatkan anak dalam berbagai macam hal. Sebagai contoh, ketika ingin memilih menu makan malam: “Kamu mau makan apa?” “Masakan Ibu sudah cukup enak atau terlalu asin? Atau terlalu hambar?” Atau jika sedang shopping dan membeli sesuatu untuk anak, sebagai contoh: “Kamu suka yang warna apa?” “Kamu mau pilih yang mana?” “Kamu mau coba yang ini atau yang ini?”
  • Biasakan untuk tidak mengarahkan kemauan anak. Jika anak memilih pilihan yang membahayakan, jelaskan secara detail mengapa hal tersebut tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh: “Ini dapat membahayakan kamu dan Ayah Ibu, lho. Nanti kamu terluka dan yang lain juga bisa terluka. Terluka itu sakit ‘kan?”
(LearningWorks for Kids, 2012)

Berikut adalah cara-cara untuk mengajarkan self-awareness pada anak. Terdengar mudah dan sederhana, ya. Namun, cukup sulit untuk dilakukan, lho, sebab kita perlu secara aktif melibatkan diri dalam kehidupan anak, jadi kita tidak diperkenankan mendidik anak secara pasif. Tidak apa jika di awal-awal percobaan kita akan mengalami kesulitan, tetapi semakin lama kita akan semakin dapat membagi waktu antara mengurus anak dengan menjalankan aktivitas-aktivitas lainnya dalam kehidupan kita. Masa depan anak yang baik dan cerah adalah impian setiap orang tua, benar, ‘kan? Selamat mencoba!

SUMBER REFERENSI
Ackerman, C. E. (2021, December 6). What is self-awareness and why is it important? [+5 ways to increase it]. PositivePsychology. Retrieved from https://positivepsychology.com/self-awareness-matters-how-you-can-be-more-self-aware/
Cherry, K. (2020, July 14). Self-awareness development and types. verywellmind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/what-is-self-awareness-2795023#:~:text=Self%2Dawareness%20involves%20being%20aware,the%20self%2Dconcept%20to%20emerge
LearningWorks for Kids. (2012, April 12). Improving your child’s self-awareness skills: Tips and strategies for helping your child develop better self-awareness skills for healthier life and a happier future. Retrieved from https://cdn2.hubspot.net/hub/287778/file-231442306-pdf/improving_self-awareness.pdf%3Cb%3E%3C/b%3E#:~:text=Self%2Dawareness%20helps%20children%20to,understand%20the%20feelings%20of%20others

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?