MENGENAL JENIS-JENIS SELF-AWARENESS

PENULIS: Rania Hendradwiputri


Telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya bahwa self-awareness adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat melihat dirinya sendiri secara jelas dan utuh dengan cara kerapkali melakukan refleksi dan introspeksi diri (Ackerman, 2021; Cherry, 2020). Dengan melakukan self-awareness, kita selaku manusia individual diharapkan dapat memiliki kontrol atas keseluruhan aspek dalam diri kita, seperti pikiran, perasaan, tingkah laku, ideologi, nilai-nilai, sifat, kelebihan dan kekurangan, bakat dan minat, selera, dan lain sebagainya. Jika kita memiliki kemampuan self-awareness yang baik maka kita akan selalu menyadari semua hal yang kita lakukan, pikirkan, dan rasakan, sebagaimana kita punya kendali penuh atas diri kita dan tidak membiarkan diri kita mudah “terombang-ambing” oleh faktor eksternal seperti orang lain dan lingkungan (Ackerman, 2021; Cherry, 2020).

Nah, sebetulnya self-awareness bisa dicapai dengan cara apa saja, sih? Dan apa saja, sih, jenis-jenis self-awareness itu? Carnevale (2021) memaparkan terdapat dua jenis self-awareness, di antaranya adalah:

  1. Private self-awareness, yaitu self-awareness yang hanya melibatkan dirinya sendiri tanpa campur tangan baik dari pihak orang lain maupun lingkungan. Biasanya private self-awareness dicapai ketika seseorang tengah merefleksikan atau mengevaluasi diri sendiri berdasarkan pengalaman masa lalunya atau setelah menyaksikan suatu media yang membuatnya kembali berpikir tentang dirinya sendiri. Sebagai contoh, setelah mengikuti webinar tentang self-love, Anda mulai berpikir “apakah saya sudah cukup mencintai saya sendiri?”, lalu Anda melihat-lihat kembali komponen self-love yang telah dipaparkan dalam webinar tersebut dan membandingkannya dengan kondisi diri Anda pada saat ini. Anda tidak memikirkan bagaimana orang lain mencintai diri Anda, Anda hanya memikirkan apakah Anda sudah mencintai diri Anda sendiri atau belum sepenuhnya dan masih perlu ditingkatkan lagi. Contoh lain adalah ketika teman Anda mengatakan pada Anda bahwa Anda adalah seseorang yang minderan, dan Anda mulai berpikir “apakah iya saya minderan?”. Lalu Anda berkaca kembali dengan pengalaman-pengalaman Anda di masa lalu, atau bisa juga Anda menanyakan pada teman Anda mengapa teman Anda bilang Anda minderan dan Anda meminta contoh peristiwa konkret agar Anda dapat mengevaluasinya lebih lanjut.

  2. Public self-awareness, yaitu self-awareness yang melibatkan orang lain dan lingkungan. Sebagai contoh, tentang bagaimana cara kita berperilaku ketika ada teman kita yang tengah berduka dan menceritakan tentang kesedihannya pada kita. Jika kita memiliki self-awareness yang baik, kita tidak akan secara sembarangan meremehkan perasaan sedih teman kita dengan bilang “nggak usah nangis, malu-maluin”, apalagi menertawakan teman kita yang tengah mengalami duka mendalam tersebut. Hal tersebut tidak sopan untuk dilakukan, dan seseorang dengan self-awareness yang baik niscaya takkan melakukannya. Yang akan dilakukan oleh orang dengan self-awareness yang baik adalah menenangkan temannya yang tengah berduka dengan kata-kata yang menggambarkan belasungkawa. Contoh lain adalah aktif bertanya atau menjawab pertanyaan di dalam kelas, dengan pemikiran bahwa guru akan menilai performa kita di dalam kelas berdasarkan keaktifan kita berkontribusi dalam berlangsungnya kelas.

Nah, berikut adalah private self-awareness dan public self-awareness. Kedua jenis self-awareness ini tidak ada yang buruk dan keduanya perlu dimiliki secara seimbang, agar kita dapat menjadi diri yang baik untuk diri kita sendiri dan juga orang lain di sekitar kita.


DAFTAR REFERENSI

Ackerman, C. E. (2021, December 6). What is self-awareness and why is it important? [+5 ways to increase it]. PositivePsychology. Retrieved from https://positivepsychology.com/self-awareness-matters-how-you-can-be-more-self-aware/

Carnevale, J. (2021, September 13). Self-awareness types & examples. Study.com. Retrieved from https://study.com/learn/lesson/self-awareness-types-examples.html

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?