MENGENAL INNER CHILD: LUKA MASA KECIL YANG BELUM SEMBUH


Sebagian besar orang dewasa mengalami luka atau trauma pada masa kecilnya, namun mereka tidak menyadari bahwa mereka masih memiliki anak kecil (Inner child) yang tersakiti dalam diri mereka. Kondisi tersebut sebetulnya membutuhkan perhatian khusus, karena jika dibiarkan atau tidak disembuhkan, inner child bisa menjelma menjadi perasaan dan perilaku negatif ketika seseorang tumbuh dewasa, terutama pada kondisi mental. Nah belakangan ini inner child ramai diperbincangkan, sebenarnya apasih inner child itu? Mengapa bisa mempengaruhi kehidupan kita saat ini ? dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk simak penjelasannya.

Inner child merupakan salah satu istilah psikologi yang akhir-akhir ini sering dibicarakan. Bahkan banyak orang yang sering mengatakan bahwa tingkah laku seseorang terbentuk karena inner child dalam dirinya. Inner child, atau dalam bahasa Indonesia berarti anak kecil yang berada didalam, adalah sosok anak-anak dari diri kita yang masih melekat pada diri kita meski setelah kita dewasa. Jadi Inner child adalah sisi kepribadian seseorang yang terbentuk dari pengalaman masa kecil. Bisa juga diartikan sebagai sosok anak kecil yang masih melekat dalam diri kita. 
Inner child terbentuk dari pengalaman masa kecil kita dan terbawa meski tak sadar ketika kita dewasa. Anak kecil dalam diri kita ini tidak pergi, tapi menetap dalam diri, membentuk diri kita saat ini dan seringkali menjadi dorongan alam bawah sadar yang kuat dalam menjalani kehidupan seperti membuat keputusan atau merespon masalah. Jika seseorang yang semasa kecilnya merasa sendirian, takut, dan sedih karena tidak adanya dukungan, perhatian, ataupun kasih sayang dari orang tua menghasilkan perasaan tertinggal dan rasa takut ketika dewasa. Sebaliknya, pengalaman masa kecil dimana kita merasa aman, didukung dan dicintai dapat menghasilkan rasa aman ketika sudah dewasa. Pengalaman kanak-kanak yang tidak menyenangkan atau kurang pengasuhan dalam keluarga dapat terus membekas dalam diri seseorang. Saat tumbuh dewasa, hal ini bisa bermanifestasi dalam berbagai bentuk perasaan dan perilaku negatif. Mulai dari perasaan tidak dicintai, mudah cemas, sulit percaya orang lain, dan lain sebagainya. Apabila terus dibiarkan, inner child yang terluka dapat menghambat perkembangan diri sewaktu dewasa.

Apa yang menyebabkan inner child terluka ?
Terdapat banyak hal yang dapat mengganggu inner child di dalam diri seseorang bisa terluka. Mungkin sebagian dari penyebab ini tampak seperti hal yang wajar terjadi pada anak-anak. Namun, jika saat itu harus menghadapinya sendiri, maka  perkembangan diri kamu mungkin bisa terpengaruh karenanya. Dikutip dari KlikDokter, berikut beberapa peristiwa yang dapat menyebabkan inner child  seseorang terluka :
1. Kehilangan orang tua
2. Pernah dilecehkan secara fisik
3. Pernah diabaikan secara emosional
4. Pernah mengalami pelecehan seksual
5. Sakit parah
6. Pernah ditindas
7. Pernah mengalami bencana alam
8. Pernah mengalami perpisahan dalam keluarga
9. Pernah menjadi korban kekerasan
10.Pernah mengalami penyalahgunaan zat dalam rumah tangga
11. Ada anggota keluarga yang dulu punya penyakit mental
12. Pernah menjadi pengungsi
13. Merasa terisolasi atau dijauhkan dari keluarganya.

Apabila kondisi tersebut tidak ditangani dengan baik, perilaku destruktif dapat terjadi. Bahkan dapat menghancurkan masa depan orang tersebut. Dampak yang terjadi antara lain sebagai berikut :
1. Mudah menyakiti dan melukai diri sendiri
2. Perilaku yang merugikan diri sendiri
3. Punya perilaku pasif-agresif, ketika marah atau kecewa cenderung dipendam
4. Punya sikap kasar yang mengarah kepada kekerasan

Apa tanda bahwa inner child dalam diri sedang terluka ?
Dikutip dari HelloDokter, salah satu ciri bahwa inner child didalam diri sedang terluka adalah cara pandang kamu terhadap dunia. Jika kamu merasa bahwa dunia ini bukan tempat yang aman, mungkin kamu mempunyai trauma masa kecil mendalam yang pernah kamu rasakan dan melukai inner child tersebut. Berikut adalah ciri-ciri yang perlu kamu perhatikan :
1. Merasa ada yang salah dengan diri kamu
2. Selalu berusaha menyenangkan semua orang
3. Terkadang merasa senang jika bermasalah dengan orang lain
4. Susah move on dari orang lain
5. Seringkali merasa cemas jika dihadapkan dengan sesuatu yang baru
6. Rasa bersalah jika memberikan batasan atas diri kamu kepada orang lain
7. Selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan
8. Perfeksionis
9. Sering kesulitan memulai dan menyelesaikan tugas
10. Selalu mengkritik diri sendiri
11. Sering merasa malu saat harus menunjukkan perasaan
12. Malu dengan bentuk tubuh diri sendiri
13. Sering menaruh curiga kepada orang lain
14. Berusaha menghindari konflik bagaimanapun caranya
15. Takut ditinggalkan

Lalu bagaimana cara menyembuhkan luka masa kecil?
Dikutip dari SehatQ, berikut adalah langkah menyembuhkan luka masa kecil menurut para ahli :
1. Menyadari inner child 
Sadarilah bahwa ada sosok ‘anak kecil’ dalam diri kamu yang masih terluka. Mengunjungi masa lalui yang menyakitkan memang tidak mudah. Namun mengubuh masa lalu tersebut dalam-dalam tanpa berusaha menyembuhkannya hanya akan membuat inner child terus mendominasi diri kamu serta akan melahirkan perasaan-perasaan negatif.
2. Jalin komunikasi dengan inner child
Sisihkan waktu setiap harinya untuk berdialog dengan anak kecil dalam diri kamu. Bayangkan diri kamu ketika kecil dulu dan ia sedang berhadapan dengan kamu. Saat kamu sudah benar-benar merasakan kehadirannya, mulailah berdialog dengan sang anak. Katakan padanya bahwa kamu siap untuk mendengarkan dan akan terus berada disampingnya. Kamu bisa mengucapkan kalimat-kalimat yang supportif dan menenangkan untuknya, misalnya :
“Aku mencintaimu dan kamu sunguh berharga untukku”
“Kamu tidak perlu merasa bersalah atau malu, semua yang terjadi bukanlah salahmu”
“Kamu tidak akan lagi kesepian. Aku akan selalu disini untukmu”
“Maafkan aku karena selama ini sudah menyangkal dan mengabaikan perasaanmu”
3. Rangkul rasa marah dan sedih
Saat berhadapan dengan inner child kamu, mungkin ada rasa amarah yang tiba-tiba meluap diluar kendali. Tidak apa, ini bisa menjadi awal rekonsiliasi dengan anak dalam diri anda. Faktanya, tidak selamanya marah itu negatif. Rasa marah sebenarnya adalah emosi yang normal dan sehat. Dalam keadaan tertentu, amarah diperlukan dan dapat membawa efek positif. begitu juga rasa sedih, perasaan ini wajar muncul ketika kamu mengalami trauma yang belum terselesaikan. Jadi kamu tidak perlu merasa aneh atau cengeng apabila sedang dilanda kesedihan.
4. Meditasi 
Proses rekonsiliasi dengan anak kecil dalam diri kamu bisa terasa melelahkan. Meditasi dapat memberikan rasa tenang pada pikiran. Jika jiwa kamu  tetram, menjalani dialog dengan inner child pun akan lebih mudah. Ada banyak sekali aplikasi meditas yang tersedia dan bisa kamu unduh. Beberapa menawarkan fasilitas free trial yang bisa dicoba tanpa harus berlangganan.
5. Cari bantuan profesional
Berdamai dengan inner child bisa kamu lakukan sendiri atau dengan dukungan psikolog. Adanya psikolog yang mendampingi akan membantu proses rekonsiliasi menjadi lebih mudah. Unruk kamu yang baru pertama kali ke psikolog, mungkin awalnya akan merasa canggung, namun buatlah diri kamu senyaman mungkin dan ungkapkan semua perasaan kamu secara jujur.



Ditulis Oleh : Nidaaul Husna (Mahasiwa Psikologi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang)




Referensi
Hamidah, K. A. (2021). Kesadaran inner child dalam komunikasi interpersonal di kalangan santri pondok pesantren Annasyiah Al-Jadidah (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
https://www.rspermata.co.id/articles/read/memahami-innerchild:-bagian-diri-yang-sering-terabaikan
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3644446/kenali-sadari-dan-atasi-luka-inner-child
https://hellosehat.com/mental/inner-child/
https://www.sehatq.com/artikel/inner-child-bagaimanakah-cara-kita-berdamai-dengannya#catatan-dari-sehatq
https://health.kompas.com/read/2020/10/19/073200168/mengenali-dan-mengatasi-luka-inner-child-yang-berdampak-saat-dewasa?page=all

Comments

Popular posts from this blog

Bedanya kebutuhan emosi pria dan wanita

Evaluasi dan Refleksi Diri, Caranya?

Apa Itu Conformity?