Saat ini kita berada di dalam situasi yang sulit tidak hanya diakibatkan oleh pandemi COVID-19 yang mengharuskan kita untuk tetap tinggal berada didalam rumah melakukan berbagai aktivitas belajar atau bekerja. Selain itu, beberapa orang yang banyak menghabiskan waktu tinggal didalam rumah masih memiliki masalah yang muncul, akibatnya dari permasalahan yang dialami tentunya akan membuat kita untuk terus menerus memikirkan hal tersebut atau bisa disebut overthinking.
Berpikir secara berlebihan biasa disebut overthinking dan sering juga disebut paralysys analysys. Orang yang overthinking disebut overthinker. Hal tersebut dapat memberikan dampak positif dan juga negatif tergantung dari intensitas dan seberapa besar hal itu terjadi. Overthinking juga termasuk kedalam psychological disorder atau gangguan psikologis karena dapat membuat kecemasan (anxiety) pada penderitanya. Seseorang yang memiliki kecemasan berlebih dapat menimbulkan sakit fisik. Overthinking juga sering disebut paralysys analysys, dimana orang tersebut terus menerus memikirkan suatu permasalahan tanpa menemukan solusi (Fakhir, 2019)
Permasalahan yang muncul pada individu yang berupa masalah pada pola pikir yang negatif terhadap diri mereka sendiri, lingkungan dan masalah yang sedang dihadapi pada hakikatnya tanpa disadari juga merupakan menjadi suatu ancaman pada keberlangsungan hidup yang individu jalani sehingga setiap individu harus dapat mengantisipasinya. Misalnya jika seseorang terlalu overthinking terhadap sesuatu hal, maka dapat menyebabkan orang tersebut mengalami atau menimbulkan stres pada seseorang. Stres ini bisa muncul juga karena, seseorang tersebut tidak dapat mengontrol dirinya sendiri ketika sedang menghadapi suatu masalah. Sebenarnya stres sendiri juga, merupakan hal yang tidak dapat kita hindarkan dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari. Kondisi stres yang dialami oleh setiap individu, dapat berdampak buruk seperti gangguan mental bahkan gangguan pada perilaku juga. Tetapi hal ini dapat juga tidak terjadi, tergantung pada individu itu sendiri kuat lemahnya status mental atau kepribadian individu tersebut . Jadi, jika seseorang dapat mengontrol overthinking yang sedang dialami maka orang tersebut bisa saja dikatakan bahwa ia memiliki status mental atau kepribadian yang kuat. Selain itu juga tentunya, overthinking ini tadi bisa saja berdampak terjadinya kecemasan pada individu. Seharusnya rasa cemas ini dapat juga dikendalikan oleh individu yang mengalaminya, sehingga rasa cemas ini tidak mengganggu individu dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Apa saja gejala seorang yang mengalami overthinking (overthingker)?
Nah berikut ini merupakan gejala umum yang dialami oleh overthingker. Namun, disarankan untuk berkonsultasi dengan para ahli tentang kondisi tersebut agar tidak terjadi self diagnosed.
1. Sulit tidur
ketika seseorang mengalami overthingking,pikiran dan otak selalu berpikir atas asumsi negatif di otak.
2. Selalu lelah
Ini bisa terjadi karena seseorang selalu gelisah memikirkan sesuatu yang berlangsung lama dan menghabiskan banyak waktu. energi. Dilansir dari huffpost.com, ketika seseorang berpikir secara berlebihan dan membuatnya menjadi stress, tubuh menghasilkan hormon kortisol, hormon penghasil stress. Jika hormon ini dihasilkan secara terus menerus secara konstan dapat membuat tubuh menjadi kelelahan. Ibaratnya, ketika Anda menjalankan mobil pada gigi yang salah, mungkin mobil Anda akan tetap bergerak tapi tidak terlalu jauh(Ries, Julia. 2020).
3. Tidak percaya dengan penilaian dir sendiri
merasa selalu perlu orang lain untuk menilai suatu hal misalnya pakaian Anda, gaya berbicara, hingga hal-hal kecil yang Anda lakukan.Anda tidak percaya atas penilaian Anda sendiri sehingga selalu meminta penilaian orang lain(Ries, Julia. 2020).
4. Merasa takut akan masa depan sendiri
Nah ini yang biasanya terjadi pada sebagian besar orang, bukannya merasasenang atau mengapresiasi semua hal yang sudah di capai, malah justru khawatir berlebihan akan masa depan. Sakit secara fisik Terakhir dan yang lebih parahnya lagi, bisa jadi dapat merasakan sakit kepala atau punggung karena overthinking. Hal tersebut merupakan tanda bahwa diri kita sangat perlu mengistirahatkan diri.
Nah, diatas merupakan beberapa gejala yang dialami seorang overthinker. Tentunya kita sendiri aga roverthinking ini dapat dikurangi dan jangan sampai membuat diri kita lelah secara mental. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menguranggi overthinking. Berikut :
1. Munculkanlah emosi positif ke dalam diri
Adanya perasaan positif yang ada di dalam diri dapat mencegah munculnya overthinking secara sering. Perasaan positif yang dimaksud disini adalah perasaan bahagia, bersyukur, dan cinta yang diimbangi oleh kapasitas intelektual yang kita miliki. Rasa cemas dan gelisah ini juga dapat dikurangi dengan kembali atau mencari support system diri kita. Support system ini dapat membantu kita untuk berpikir positif dan tidak tenggelam dalam pemikiran overthinking.
2. Ucapkan kata-kata positif pada diri sendiri
Kita dapat mengatakan berbagai hal, seperti “ Saya harus percaya dengan penilaian Saya”, “Saya tidak seburuk yang saya pikirkan”, “Saya akan berasumsi positif kepada diri Saya sendiri”, “Jangan terlalu khawatir kepada masa depan Saya”, dan “Saya akan baik-baik saja”. Afirmasi ini yang akan membantu untuk berhenti overthinking dan menjadi moodbooster. Repetisi hal ini pada saat malam hari sebelum tidur dan pagi sesaat setelah bangun. Efek afirmasi tersebut dapat memaksimalkan energi positif yang ada di dalam diri (Hurst, Ketherine. 2019).
3. Mengatur pikiran
Sebelum mengatasi overthinking, perlu diketahui terlebih dulu pikiran apa yang terjadi ketika sesuatu hal terjadi. Setelah itu catat bagaimana perasaan yang tengah dirasakan setiap harinya. Lalu tantang pikiran secara otomatis dengan mengingat bahwa tidak semua yang dipikiran merupakan fakta yang terjadi. Selanjutnya gantilah pikiran yang salah tersebut dengan fakta yang sesungguhnya.
4.Mengatasi rasa takut Rasa takut dapat diatasi dengan melatih teknik relaksasi, mencari cara untuk mendistraksi dirimu dengan hal-hal positif.
Seperti merajut atau membuat kerajinan tangan lainnya. Selanjutnya tuangkan pikiranmu ke dalam tulisan sebab tulisan merupakan cara yang efektif untuk memproses pikiran. Langkah terakhir untuk mengatasi rasa takut yaitu melakukan sesuatu yang dapat membuat senang. Seperti pergi keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain.
5. Mengubah pola pikir Langkah pertama dari mengubah pola pikir adalah mengubah pandangan akan sebuah kegagalan.
Caranya dengan menyadari bahwa terkadang tidak semua hal berjalan sesuai dengan keinginan. Mengubah pemikiran bahwa kegagalan bukan merupakan sebuah akhir, melainkan awal untuk pilihan baru, kesempatan baru, dan cara yang baru dalam hidup. Selanjutnya cobalah untuk tidak berdiam dalam masa lalu. Ambil pelajaran dari masa lalu, tetapi cobalah lepaskan kenangan dari masa lalu yang mungkin akan menganggu dan menjadikan overthinking. Terakhir, sadari bahwa seseorang tidak dapat memprediksi masa depan.
6. Istirahat
Istirahat merupakan poin penting untuk mengurangi kecemasan dalam diri. Kita harus merelaksasikan pikiran dan raga, serta memikirkan hal-hal yang menenangkan. Tidur sebentar dan istirahatkanlah pikiran. Suatu studi juga menemukan bahwa waktu tidur memiliki pengaruh terhadap peningkatan stress emosional hingga 30 persen (Eti Ben Simon, Aubrey Rossi, Allison G. Harvey, Matthew P. Walker, 2019).
7. Peka terhadap diri sendiri
Hal ini mungkin merupakan part yang paling susah tapi kita perlu peka terhadap diri kita sendiri. Cobalah untuk peka tentang kecemasan yang kita alami dan sadari bahwa apakah itu hal yang didasari atas hal yang wajar atau sudah masuk pada overthinking? Selain itu, mulailah mengenali cara berpikir diri sendiri dan perhatikan pada saat otak kita mulai overthinking dan menimbulkan kecemasan.
8. Lakukanlah aktivitas fisik untuk mendistraksikan otak kita dari overthinking
Emosi positif juga dapat muncul dengan aktivitas yang memacu kita untuk terkoneksi dengan raga kita lagi. Distraksikan pikiran kita dari overthinking itu dan bebaskan sistem kognitif kitadari hal tersebut, seperti dengan melakukan olahraga, meditasi, jalan-jalan di sekitar rumah, dll.
Dalam hidup, kita tidak pernah terpisah dari pikiran yang tak menghantui. Entah itu sepele atau rumit, penting untuk terlalu memikirkannya. Tapi itu tidak berarti kita tidak bisa menghadapi pikiran-pikiran rumit yang kita alami. Satu hal yang pasti, jangan tersesat dalam pikiran kita. Apalagi pikiran tidak sesuai dengan kenyataan.
Ditulis Oleh : Rizky Septiawan Sumantri (Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang)
Referensi
Lisda Sofia (2020) Mengelola Overthinking untuk Meraih Kebermaknaan Hidup. Jurnal Pelayanan Kepada Masyarakat.2.2
Daniel Joy Gratia. Pandangan Masyarakat terhadap Overthinking dan Relasinya dengan Teori Rational Emotive Brief Therapy.
https://pijarpsikologi.org/terjebak-dalam-labirin-pikiran-2/ diakses pada tanggal 30 juni 2021
http://jurnalposmedia.com/overthinking-dan-dampak-buruknya/ diakses pada tanggal 30 juni 20201
https://gc.ukm.ugm.ac.id/2020/06/how-i-deal-with-overthinking/ diakses pada tanggal 30 juni 2021
Comments
Post a Comment